Minggu, 06 November 2011

Hakikat Belajar
Pada hakekatnya belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan secara terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas pengalaman untuk mencapai pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang mantap. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku, daya penerimaan di lain-lain aspek yang ada diindividu siswa (Sudjana,2002: 28).
Belajar adalah sebagai perubahan secara relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh kemudian hari dari pengalaman (Daviodoff,1988:178). Pandangan yang sama dikemukakan Winkel (1991:136), belajar adalah proses perubahan tingkah laku untuk setiap organism sebagai prestasi pengalaman. Hal ini berarti bahwa seseorang telah belajar kalau terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya, tidak karena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan (Sadiman,dkk, 1996:3) dikatakan relative karena adanya kemungkinan suatu prestasi belajar ditiadakan atau diganti dengan prestasi yang baru.
Belajar adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar. Perubahan yang terjadi ketika belajar sedang berlangsung memberikan suatu aspek terarah, yaitu kadang menimbulkan perubahan cita-cita atau justru memperkuat cita-cita tersebut. Jika perubahan tersebut mengubah cara berpikir maka akan melibatkan perubahan dalam tujuan dan arah kehidupan. Sehingga apa yang dilakukan sebelumnya ditinggalkan sama sekali (Patricia Tumilisar, 2004:1). Sementara itu, Hamalik (2001:28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Tetapi guru tetap memegang peranan yang penting dalam menentukan berhasil atau gagalnya pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan (sekolah).
Selanjutnya Dimyanti dan Mudjiono (2002: 7) berpendapat bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada lingkungan sekitarnya.
Pieget dalam Dimyanti dan Mudjiono (2002:13) bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Lingkungan tersebut mengalami perubahan, adanya interaksi dengan lingkungannya maka fungsi intelek semakin berkembang. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto (2004: 2).
Sedangkan pengertian lain mengenai belajar menyatakan bahwa belajar adalah untuk memperoleh sukses dalam pengembangan individu untuk dapat bekerja nantinya. Siswa dilatih untuk memecahakn masalah selama belajar dan merupakan pengalaman yang dirancang sekolah untuk dan telah tamat nantinya bias membantu memecahkan masalah (Winkel, 1991: 127) sehingga belajar mengandung semacam perubahan dalam didr seseorang yang melakukan perbuatan belajar ini. Belajar menurut teori Behaviorisme yang agak radikal adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis (Semiawan, 2002: 3). Bersifat mekanis artinya bahwa belajar itu dibuat atau dikondisikan melalui stimulus atau rangsangan untuk menghasilkan suatu respon yang sudah diduga sebelumya. Feldman (1989:127), belajar merupakan proses perubahan tingkah laku untuk setiap organisme sebagai hasil pengalaman. Hal ini bahwa seorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya, tidak karena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau hubungan obat-obatan, kecuali perubahan tersebut haruslah bersifat permanen, tahan lama dan meresap, tidak berlangsung sesaat saja (Sadiman,dkk,1996: 3). Dikatakan secara relative, karena ada kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan atau diganti dengan hasil belajar yang baru, ada kemungkinan pula suatu hasil yang terlupakan.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang definisi belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar itu merupakan kegiatan yang berlangsung dalam suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku baik karena kematangan maupun latihan.




Penentu keberhasilan siswa bukan hanya guru
Secara garis besar faktor-faktor tersebut antara lain:
Faktor Internal
Biologis
• Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir; meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh.
• Kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain pola makan dan minum, olahraga teratur serta cukup istirahat/tidur.
Intelegensi
Faktor intelegensi besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Gardner, dalam teori Multiple Intellegence-nya menyatakan bahwa intelegensi memiliki 8 dimensi, yaitu:
• linguistik
• musik
• matematik logis
• visual spesial
• kinestetik fisik
• interpersonal
• intrapersonal
• naturalistic


Psikologis
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.
Minat, Motivasi, dan Bakat
• Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan.
• Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak sendiri ataupun dari luar. Motivasi inilah yang menurut saya yang paling dominan dalam menentukan siswa akan berhasil dalam belajar atau tidak. Peran guru, orang tua, dan lingkungan masyarakat sangat sangat signifikan dalam membangkitkan motivasi ini.
Faktor Eksternal
Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang tenang dan damai, adanya motivasi dan perhatian orangtua terhadap perkembangan belajar anak-anaknya akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
Lingkungan Sekolah
Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar siswa di sekolah meliputi pendekatan dan metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, pelajaran, tata tertib yang ditegakkan secara konsekwen dan konsisten, juga sarana dan prasarana yang tersedia.
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan masyarakat yang berpendidikan dan bermoral baik sangat mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.
2.1.2.Pengertian Matematika –
kata matamatika sudah tidak asing lagi bagi kita, matematika merupakan ratu dari ilmu pengetahuan dimana materi matematika di perlukan di semua jurusan yang di pelajarai oleh semua orang, disini saya memberikan sebuah pengertian matematika disertai fungsinya serta ruang lingkup pembelajarannya

Berhitung merupakan aktifitas sehari-hari tiada aktifitas tanpa menggunakan matematika, akan tetapi banyak yang tidak tahu apa pengertian matematika, apa istilah matematika dari berbagai negara, ruang lingkupnya dan masih banyak lagi.



James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Sementara Reys, dkk. (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ciri yang sangat penting dalam matematika adalah disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan kreatif.

b. Fungsi dan tujuan matematika .

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.

Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk memiliki:
1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

c. Ruang lingkup.
Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada materi didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus.

2.1.3Materi perkalian 1 sampai 10










Sering kali orang tua murid atau guru yang mengajar anak SD merasa kebingungan saat harus memberikan materi perkalian dasar kepada murid muridnya. Walhasil berbagai metode pun dilaksanakan seperti metode hafalan di mana murid disuruh menghafal perkalian mulai dari 1 kali 1 sampai 10 kali 10. Ada juga metode penghitungan manual yaitu dengan cara menghitung perkalian, contohnya 4x3, maka akan dihitung dengan cara menambahkan bilangan 4 sebanyak 3 kali, 4+4+4=12 Cara seperti itu cenderung agak lama dikuasai oleh siswa.
Saya pun teringat akan masa SD saya saat kelas 2 dan masuk materi perkalian dasar, Dan menurut saya metode yang diberikan Guru saya pada saat itu sangat manjur, walaupun metode ini sudah tidak asing lagi namun menurut saya metode ini harus diberikan kepada murid SD agar menguasai materi perkalian dasar antara bilangan 1 sampai 10.
Metode itu disebut metode TABEL seperti table di atas, metode ini sangat mudah dan efisien sekali bagi siswa, pertama buat table seperti di atas.Atau siswa disuruh membuat table yang sama persis dengan di atas. Lalu pelajaran pun dimulai dengan catatan semua siswa harus sudah mencatat atau table ini, proses berikutnya yaitu proses penjelasan. Seumpama Guru memberikan soal, 4x5, lalu murid pun dituntun, silahkan melihat angka 4 pada baris vertical lalu melihat angka 5 pada baris horizontal, finishing atau jawabannya ialah angka yang manjadi titik potong atau yang terletak pada lurusnya 4 dan lurusnya 5 ke bawah yaitu angka 20. Begitu juga dengan contoh soal 8x5, atau 8x7 dan seterusnya. Tinggal meluruskan atau mencari titik potong di table antara dua bilangan yang dikalikan.Mudah bukan?Untuk table bias dikreasi sekreatif mungkin, seperti menebalkan bil. Kuadrat atau memberi warna pada angka angka tertentu agar table lebih menarik.
Metode ini memang hampir sama dengan metode hafalan, namun kelebihan dari metode ini siswa jadi mengetahui prosesnya, intinya pada usia SD seperti ini hafalan masih sangat diperlukan sebagai basic atau dasar dalam pengembangan contoh soal yang senakin variatif ke depannya. Intinya untuk perkalian bilangan 1 kali 10 hafalan masih menjadi satu satunya cara yang paling efektif. Agar nantinya mempermudah saat dihadapkan pada bentuk perkalian yang lebih rumit, contohnya 14 kali 10, dengan menguasai basicnya dari metode table dan penyelesaian dengan cara bersusun maka siswa akan mampu menyelesaikan soal tersebut.
2.1.4.Alat Peraga
Belajar Matematika menggunakan Media alat peraga
Belajar matematika selalu dipandang sebagai momok dalam suatu pembelajaran. Itu dikarenakan dalam suatu pembelajaran matematika selalu berkecimpung pada sesuatu yang abstrak. Oke…! Sekarang kita lanjut pada pembahasannya. Apa itu alat peraga? Disini akan dibahas satu persatu secara detail.
1. Alat peraga
a. Pengertian alat peraga
Menurut Estiningsih (1994) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan cirri-ciri dari konsep yang dipelajari.
b. Fungsi alat peraga
Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang ati dari suatu konsep.

Minggu, 23 Oktober 2011

Standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

Standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Oleh bintangbangsaku (Jum, 08/27/2010 - 20:02)
Versi ramah cetakSend to friend

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah juga implikasi dari Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 pasa 27 ayat 1, UU SPN nomor 20 tahun 2003, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005.

Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

Pengertian Standar Kompetensi Lulusan:

Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik.

Standar Kompetensi adalah ukuran kom-petensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatu proses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu.

Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Fungsi Standar Kompetensi Lulusan:

Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Ruang Lingkup Standar Kompetensi Lulusan:

SKL Satuan Pendidikan mencakup SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK

SKL Kelompok Mata Pelajaran, meliputi Agama dan Akhlak Mulia, Kewarganegaraan dan Budi Pekerti, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Estetika, Jasmani Olahraga dan Kesehatan

SKL Mata Pelajaran

Standar Komptensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A

Menjalankan agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya.

Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya.

Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif.

Menunjukkan kemampuan berfikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru/pendidik.

Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya.

Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.

Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara dan tanah air Indonesia.

Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal.

Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang.

Berkomunikasi secara jelas dan santun.

Bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong dan menjaga diri sendiri delam lingkungan keluarga dan teman sebaya.

Menunjukkan kemampuan mengamati gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar.

Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis.

Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung

Standar Komptensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB

Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.

Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri.

Menunjukkan sikap percaya diri.

Memahami aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.

Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis dan kreatif.

Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif.

Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Mendeskripsi gejala alam dan sosial.

Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menghargai karya seni dan budaya nasional.

Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan waktu luang.

Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun.

Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat.

Menghargai adanya perbedaan pendapat.

Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.

Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana

Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.

Standar Komptensi Lulusan SMA/MA/SMALB

Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja

Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya

Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya

Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial

Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global.

Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan

Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri

Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik

Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks

Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial

Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab

Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya

Mengapresiasi karya seni dan budaya

Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok

Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan

Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun

Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat

Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain

Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis

Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi

Standar Komptensi Lulusan SMK/MAK

Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja

Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya

Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya

Berpartisipasi dalam menegakkan aturan-aturan sosial

Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global

Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan

Menunjukkan kemampuan budaya belajar untuk pemberdayaan diri

Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik

Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks

Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial

Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab

Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya

Mengapresiasi karya seni dan budaya berkomunikasi lisan dna tulisan secara efektif dan santun

Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat

Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok

Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan

Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat

Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain

Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estesis

Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya.

Standar Komptensi Lulusan Kelompok Mata Pelajaran

Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan: membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan: membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani.

Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan: mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.

Pada satuan pendidikan SD/MI/SDLB/Paket A, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan

Pada satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB/Paket B, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan

Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan

Pada satuan pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan

Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan: membentuk karakter peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang relevan

Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan bertujuan: membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.

Sumber: Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang Standar Komptensi Lulusan

Rabu, 19 Oktober 2011

contoh skripsi

Contoh Skripsi UPI PGSD
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Secara Umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global dan teknologi informasi di masa mendatang adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Materi pembelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar melalui penyelidikan, penyusunan, pengujian gagasan. Melalui mata pelajaran IPA, kerja ilmiah seperti melakukan pengamatan, memprediksi dan keterampilan berfikir dapat dilatihkan kepada siswa dalam usaha memberi bekal ilmu pengetahuan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), konsep pembelajaran IPA mengandung seluruh aspek tentang yang berhubungan dengan pengetahuan untuk dapat menanggapi isu local, nasional, kawasan dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika serta menilai secara krisis perkembangan dalam bidang IPA di SD hendaknya dapat dirancang dan dipersiapkan untuk memotivasi dan dapat menimbulkan suatu pertanyaan. Ciri utama pembelajaran IPA adalah menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah dilanjutkan dengan arahan guru menggali informasi, mengkonfirmasikan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan mengarahkan pada tujuan apa yang belum dan harus diketahui.
Dalam Teori Pembelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar (Tim Dosen Pendidikan IPA PGSD,2002:1) dinyatakan bahwa pendidikan IPA hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung serta bertanya dan bekerja sama untuk memahami proses pembentukan ilmu.
Kekurangan alat bantu belajar dalam pembelajaran IPA selalu menjadi alasan utama terhadap kurang berhasilnya pembelajaran IPA di SD, hal ini disebabkan mata pelajaran IPA merupakan cabang isiplin ilmu yang mempelajari tentang suatu kejadian audio atau visual yang membutuhkan alat bantu untuk menyampaikan suatu konsep. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat mengakibatkan rendahnya motivasi siswa untuk belajar. Rendahnya motivasi siswa untuk belajar merupakan salah satu faktor dari penyebab kurang berhasilnya proses belajar pada anak didik. Motivasi belajar siswa merupakan komponen yang berperan sangat penting untuk menentukan keberhasilan belajar anak didik. Rendahnya motivasi siswa untuk disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : (1) kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu konsep, (2) kurangnya sikap positif terhadap mata pelajaran yang dipelajari, (3) kurangnya interpretasi terhadap tugas-tugas mata pelajaran.
Beberapa kemungkinan kurangnya minat anak didik untuk belajar adalah kurangnya kreatifitas guru dalam proses pembelajaran. Hampir dalam setiap pembelajaran IPA, siswa terlihat merasa bosan dan kehilangan minat untuk belajar. Salah satunya adalah pada topik energi bunyi. Siswa merasa sudah faham dan terkesan menyepelekan karena bunyi merupakan salah satu energi yang sering mereka temui dan sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari hasil observasi di SD Negeri Nagarasari 2 ditemukan antara lain pengajaran mata pelajaran IPA yang belum secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan metoda belajar yang digunakan, guru hanya menjelaskan saja atau hanya menggunakan metode ceramah saja tanpa memberikan contoh nyata. Selain itu kurangnya media belajar alat peraga yang diperlukan dalam proses pemberian materi IPA. Guru bersikap malas untuk kreatif membuat alat peraga sederhana yang menunjang proses pembelajaran. Alat peraga yang sudah tersedia (KIT) tidak dipergunakan. Hal itu menyebabkan rendahnya pemahaman konsep siswa, sehingga dalam waktu yang relatif singkat pemahaman siswa hilang dan terlupakan dari ingatanya.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba menggunakan metode demonstrasi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pembelajaran IPA di Sekolah Dasar tempat penulis bertugas. Upaya tersebut direalisasikan melalui Penelitian Tindak Kelas (PTK) dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Bunyi Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi dan Kotak Berdawai”.


B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
1. Perumusan Masalah
Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas yang menjadi fokus permasalahan adalah upaya meningkatkan pemahaman konsep energi bunyi melalui penggunaan metode demonstrasi dan alat peraga kotak berdawai.
Agar dalam proses pembelajaran lebih terarah maka rumusan masalah dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana rencana Perbaikan pembelajaran energi bunyi melalui penggunaan metode demonstrasi dan kotak berdawai di Kelas IV SD Negeri Nagarasari 2.
2) Bagaimana proses pelaksanaan penggunaan metode demonstrasi dan kotak berdawai di Kelas IV SD Negeri Nagarasari 2.
3) Bagaimana hasil belajar siswa pada pembelajaran energi bunyi menggunakan metode demonstrasi dan kotak berdawai di Kelas IV SD Negeri Nagarasari 2.
2. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian ini agar diperoleh hasil maksimal maka penulis membatasi masalah yang diteliti pada pembelajaran IPA dengan topik energi bunyi di kelas IV SD Negeri Nagarasari 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya tahun pelajaran 2007/2008. metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang energi bunyi tentang sumber bunyi dan sifat sifat bunyi.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum Penelitian Tindak Kelas yaitu untuk mengetahui sejauhmana peningkatan konsep energi bunyi siswa dengan menggunakan metode demonstrasi serta penggunaan alat peraga kotak berdawai yang tepat di Kelas IV SD mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Lebih spesifik tujuan tersebut dirinci sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui serta menambah pemahaman dalam pembelajaran sains tentang konsep energi bunyi
2) Meningkatkan kompetensi guru membuat dan menggunakan alat peraga kotak berdawai dalam pembelajaran IPA tentang konsep energi bunyi
3) Meningkatkan kompetensi guru dalam membuat indikator-indikator kerja ilmiah pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
4) Meningkatkan kerja ilmiah dan sikap ilmiah siswa dalam proses pembelajaran
5) Dapat menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Guru
1) Memperoleh pengetahuan dan pengalaman pada proses pembelajaran IPA, khsusnya tentang “energi bunyi” dengan menggunakan Metode demonstrasi yang berdaya guna meningkatkan pemahaman konsep siswa.
2) Secara bertahap memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam menentukan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa
3) Mampu memperbaiki pembelajaran menuju arah yang lebih baik.
2. Bagi Siswa
· Memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam hal pengembangan potensi saintis dan potensi kreatif melalui pembelajaran IPA yang menyenangkan.
· Meningkatkan motivasi belajar dan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA.
· Memudahkan siswa untuk lebih memahami konsep “energi bunyi” sehingga hasil belajar siswa meningkat.
3. Bagi Sekolah
· Sebagai sumber inspirasi bagi upaya-upaya perbaikan kualitas pembelajaran IPA, khususnya di SD Negeri Nagarasari 2.
· Mengembangkan fungsi SD untuk kegiatan penelitian sehingga diperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan Metoda demonstrasi dengan menggunakan alat peraga kotak berdawai khususnya pada pembelajaran “energi bunyi” untuk meningkatkan keterampilan proses siswa.
4. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai masukan yang berharga dan bahan kajian pendidikan akademis untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraaan kurikulum di lembaga pendidikan tinggi yang menangani kependidikan (LPTK) khususnya PGSD UPI Kampus Tasikmalaya.

E. Penjelasan Istilah
1. Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom ( Ernawati 2005:8 ) adalah “Kemampuan mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang dipahami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengaplikasikannya”. Penguasaan konsep adalah kemampuan mengungkapkan suatu materi kedalam bentuk yang dapat pahami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengaplikasikan suatu rancangan materi atau pengertian pengertian yang menjadi dasar suatu materi.

2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
3. Kotak Berdawai
Alat peraga kotak berdawai merupakan alat peraga audio visual tiga dimensi penulis ciptakan untuk menambah penguasaan konsep siswa pada materi energi bunyi dalam pembelajaran IPA. Alat peraga ini merupakan gabungan dari alat peraga telpon sederhana dengan alat musik berdawai. Alat peraga kotak berdawai sangat efektif dalam penrapan konsep bunyi terhadap siswa.

F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan karakteristik metode penelitian yang digunakan, karakteristik pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi, maka rumusan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut:
“Serangkaian tindakan replektif berdaur untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengimplementasikan Metode Demonstrasi dan alat peraga Kotak Berdawai dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep energi bunyi di kelas IV SD Negeri Nagarasari 2”.


G. Tujuan Penelitian
Tujuan umum Penelitian Tindak Kelas yaitu untuk mengetahui sejauhmana peningkatan konsep energi bunyi siswa dengan menggunakan metode demonstrasi serta penggunaan alat peraga kotak berdawai yang tepat di Kelas IV SD mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Lebih spesifik tujuan tersebut dirinci sebagai berikut:
6) Untuk mengetahui serta menambah pemahaman dalam pembelajaran sains tentang konsep energi bunyi
7) Meningkatkan kompetensi guru membuat dan menggunakan alat peraga kotak berdawai dalam pembelajaran IPA tentang konsep energi bunyi
8) Meningkatkan kompetensi guru dalam membuat indikator-indikator kerja ilmiah pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
9) Meningkatkan kerja ilmiah dan sikap ilmiah siswa dalam proses pembelajaran
10) Dapat menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

H. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Guru
1) Memperoleh pengetahuan dan pengalaman pada proses pembelajaran IPA, khsusnya tentang “energi bunyi” dengan menggunakan Metode demonstrasi yang berdaya guna meningkatkan pemahaman konsep siswa.
2) Secara bertahap memperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam menentukan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa
3) Mampu memperbaiki pembelajaran menuju arah yang lebih baik.
2. Bagi Siswa
1) Memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam hal pengembangan potensi saintis dan potensi kreatif melalui pembelajaran IPA yang menyenangkan.
2) Meningkatkan motivasi belajar dan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA.
3) Memudahkan siswa untuk lebih memahami konsep “energi bunyi” sehingga hasil belajar siswa meningkat.


3. Bagi Sekolah
· Sebagai sumber inspirasi bagi upaya-upaya perbaikan kualitas pembelajaran IPA, khususnya di SD Negeri Nagarasari 2.
· Mengembangkan fungsi SD untuk kegiatan penelitian sehingga diperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan Metoda demonstrasi dengan menggunakan alat peraga kotak berdawai khususnya pada pembelajaran “energi bunyi” untuk meningkatkan keterampilan proses siswa.
4. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai masukan yang berharga dan bahan kajian pendidikan akademis untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraaan kurikulum di lembaga pendidikan tinggi yang menangani kependidikan (LPTK) khususnya PGSD UPI Kampus Tasikmalaya.

I. Metode, Subjek, Waktu Dan Tempat Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan merujuk kepada gagasan Kemmis dan Mc. Taggart yang merupakan suatu tindakan reflektif guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar. Satu siklus tindakan identik dengan satu kali pembelajaran.
Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Kasbolah, 1998:14), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) digambarkan sebagai “Suatu proses yang dinamis karena ada empat aspek dalam penelitian ini, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan repleksi harus dipahami bukan sebagai langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendirinya, tetapi lebih merupakan momen-momen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.” Bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan adalah PTK kolaboratif yang melibatkan beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah, peneliti, maupun dosen secara serempak melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori dan meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori dan meningkatkan karir guru.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Nagarasari 2 Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2007/2008. jumlah siswa dalam penelitian ini sebanyak 24 orang.

3. Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akan berlangsung selama 2 bulan ( April-Mei 2008) bertempat di SDN Nagarasari 2 UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya

Jumat, 14 Oktober 2011

skripsi

PROGRAM PERBAIKAN BELAJAR ANAK KELAS 1 SD UNTUK BIDANG STUDI MATEMATIKA DAN PKN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya yang bias dilakukan guru untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah dengan cara proses perbaikan pengajaran. Keberhasilan seorang siswa untuk dapat menguasai suatu materi pelajaran, selain ditentukan oleh faktir internal siswa, seperti tingkat kecerdasan, kerajinan, dan ketekunan juga ditentukan oleh factor eksternal, di antaranya yaitu afektifitas strategi dan metode pembelajaran yang digunakan guru ketika menyampaikan materi pelajaran. Efektifitas strategi dan metode pembelajran yang digunakan oleh guru dapat dilihat tingkat keberhasilannya dari pencapaian nilai yang diraih oleh siswa dalam akhir pembelajaran. Untuk dapat meraih hasil yang maksimal dari proses pembelajaran adalah mutlak diperlukan, seperti yang diungkapkan oleh Suryo Subroto (2004:1) bahwa:
“Salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan ialah dengan melalui perbaikan proses belaar mengajar, yang di dalamnya mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Berkaitan dengan hal itu, keberagaman penyajian dalam bentuk kegiatan, latihan, tugas dan pengayaan akan memberikan dampak terhadap kemampuan berpikir rasional, keterampilan social, meningkatkan intelektual, dan mampu melahirkan keputusan-keputusan yang tepat berdasar situasi dan kondisi yang dialami.”
Perbaikan dan penyempurnaan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu baadan/lembaga biasanya dimaksudkan untuk menyesuaikan hal yang sedang dikerakan atau hasil yang diraih dari suatu pekerjaan dengan tingkat perkembangan dan kemajuan yang sedang berlangsung. Dalam bidang pendidikan, penyesuaian dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perkembangan pembangunan telah berdampak pada terjadinya perubahan dan penyesuaian kurikulum pendidikan. Perubahan kurikulum telah dilakukan beberapa kalinya diantaranya kurikulum 1994, 1998, KBK, dan KTSP. Dalam tiap perubahan kurikulum ini berdampak pula pada perubahan cara, strategi, dan metode pembelajaran yang dilakukan. Salah satu contoh, kurikulum 1986 memusatkan proses pembelajaran pada guru, aktifitas dilaksanakan oleh guru, sehingga guru cenderung mendominasi kelad dan siswa lebih banyak mendengar dan menerima saja materi pembelajaran yang diberikan, sedang dalam kurikulum yang berlaku sekarang ini yaitu kurikulum 2006 ( KTSP ) arah pembelajaran berpusat pada peserta didik dan melibatkan peserta didik secara aktif.
Dalam pelaksanaan kurikulum 2006 ( KTSP ) terdapat adanya Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ). KKM berfungsi sebagai standar terendah yang berkaitan dengan nilai siswa dalam suatu kompetensi dasar atau mata pelajaran yang harus dapat dicapainya agar siswa tersebut dapat naik kelas atau dinyatakan telah menguasai kompetensi yang diajarkan. Mengkaji dari KKM yang ditetapkan oleh SD Negeri Pangulah Utara dan hail belajar siswa sdalam kegiatan belajar mengajar, ternyata penguasaan materi pelajaran beberapa orang peserta didik terhadap beberapa kompetensi dasar atau mata pelajaran yang telah diberikan belum sepenuhnya dapat mencapai KKm yang telah ditetapkan, terutama untuk mata pelajaran Matematika dan PKN. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian yang diperoleh oleh beberapa siswa yang masih kurang atau berada di bawah KKN yang telah ditetapkan. Missal KKN mata pelajaran Matematika 66, nilai yang diperoleh 65, berarti nilai rata-rata di bawah KKN.
Berdasarkan kenyataan di atas penulis mengadakan perbaikan dalam pembelajaran Matematika dan PKN melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas (Class Action Research). Dari hasil penelitian Tindakat kelas yang dilaksanakan penulis membuat hasil laporan kegiatan tersebut dengan tujuan untuk melaporkan teman-teman atau hal-hal yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas tersebut dan sekaligus untuk memenuhi tugas mata kuliah pemantapan kemampuan professional ( PDGK 4501 ). Pada program pendidikan S1 PGSD Universitas terbuka UPBJ Bandung.
Laporan ini disusun dari catatan yang dibuat penulis ketika merancang kegiatan perbaikan pembelajaran, selama pengambilan data, dan hasil diskusi penulis dengan teman sejawat dan Kepala Sekolah.

1.Identifkasi Masalah
a. Mata Pelajaran Matematika
Dalam mata pelajaran Matematika pada pembelajaran Kompetensi Dasar membilang banyak benda terdapat data yang menunjukkan masih kurang dikuasai dan diofahami dalam materi ini, yaitu dengan adanya perolehan nilai rata-rata ulangan akhir sebesar 61,45, sedangkan KKN mata pelaajaran Matematika yang telah ditetapkan adalah sebesar 66.
Dari hasil trelaah, refleksi dan diskusi dengan teman sejawat terhadap pembelajaran materi 63,10 terungkap bahwa pembelajaran dengan metode penjelasan materi dan pendalaman materi kompetensi hanya dengan metode latihan saa, ternyata kurang membangkitkan minat siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran sehingga materi tidak dapat secara maksimal dipelajari dan diterima siswa.

b. Mata pelajaran PKN
Setelah beberapa kali dilaksanakan evaluasi akhir pembelajaran PKN pada kompetensi pada kompetensi dasar menjelaskan hak-hak untuk bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya di kelas I SDN Pangulah Utara ternyata masih banyak siswa yang belum mencapai KKN, yaitu sekitatr 42 % dari jumlah siswa 31 orang dari nilai KKN yang ditetapkan sebesar 62,25.
Berdasarkan kenyataan di atas, penulis melakukan telaah dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, hasilnya didapat bahwa ketika pembelajaran berlangsung pada umumnya siswa kurang antusias dan kurang termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran sehingga masih banyak siswa yang ngobrol dengan temannya dan ada beberapa siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan.
Berdasarkan temuan ini, penulis memngadakan diskusi dengan teman sejawat untuk menemukan akar permasalahan yang sebenarnya. Dari hasil diskusi dengan teman sejawat ditemukan bahwa tidak dikuasainya kompetensi dasar yang menjelaskan hak-hak untuk bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya. Adalah kurang variatifnya metode pembelajaran dan alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga kurang dapat memotivasi semangat siswa dan menarik minat dan perhatian siswa untuk mempelajari kompetensi dasar ini secara maksimal.

2. Analisis Masalah
Berdasrkan hasil telaah dan refleksi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, penulis menganalisis beberapa masalah yang ditemui pada saat proses pembelajaran yang menyebabkan materi pelajaran tidak dapat diterima siswa secara maksimal, yaitu:

a. Untuk Pelajaran Matematika
1. Pembelajaran Matematika yang hanya menjelaskan konsep-konsep dan rumus-rumus saja tanpa disertai dengan praktek atau demontrasi dengan menggunakan alat peraga membuat matematika dirasakan sebagai pelajaran yang membosankan dn sulit untuk difahami dan tidak mempunyai focus penarik perhatian siswa.
2. Kurangnya penggunaan alat perada dan tidak variatifnya metode pembelajaran yang diterapkan membuat siswa tidak dapat aktif dalam proses pembelajaran.

b. Untuk Pelajaran PKN
1. Guru dapat menggali minat siswa dalam pembelajaran karena tidak tersedianya alat peraga / media pembelajaran yang bias menarik perhatian siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
2. Siswa kurang diberi kesempatan untuk dapat mengungkapkan pendapatnya sehingga siswa cenderung bersikap pasif.

B. Rumusan Masalah
Dari analisis yang ditemui penulis merumuskan beberapa permasalahan yang dihadapi pada mata pelajaran Matrematika:
Bagaimana cara meningkatkan kemampuan / pemahaman siswa Kelas I SDN Pangulah Utara Karawang dalam menuliskan lambang bilangan,melalui penggunaan kartu bilangan?
Untuk mata pelajaran PKN:
Bagaimana cara meningkatkan pemahaman siswa Kelas I SDN Pangulah Utara Karawang tentang hak-hak anak, melalui penggunaan poster.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meengetahui peningkatan proses dan hasil belajar siswa dalam mata pelaaran Matematika pada kompetensi dasar membilang banyak benda, dan mata pelajaran PKN pada kompetensi dasar menjelaskan hak-hak anak untuk bermain, belajar dengan gembira dan didengar pendapatnya. Agar lebih jelasnya tujuan ini adalah:
1) Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas I SDN Pangulah Utara karawang dalam menuliskan lambang bilangan melalui penggunaan kartu bilangan.
2) Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas I SDN Pangulah Utara Karawang tentang hak-hak anak melalui penggunaan poster.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian tindakan kelas yang penulis buat adalah meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar, jika guru menerapkan keterampilan menjelaskan dengan bahasa yang lugas, mudah dimengerti, disertai alat peraga yang sesuai dalam pemilihan alat peraga dan metode yang tepat, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Selain ini penelitian ini bermanfaat dalam hal mengaktifkan siswa, memotivasi siswa, yang pada akhirnya belajar siswa akan meningkat pula.
Penelitian tindakan yang penulis buat juga bermanfaat bagi penulis sendiri sebagai peneliti teman sejawat, siswa dan sekolah tempat mengajar penulis, antara lain:
1) Bagi penulis dan teman sejawat dengan penelitian ini dapat memperbaiki pembelajaran, meningkatan dan mengmbangkan profesionalisme diri.
2) Bagi siswa dapat meningkatkan pross dan hasil belajar.
3) Bagi sekolah membantu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut dan meningkatkan reputasi sekolah.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
2.1.1. Pengertian, fungsi, dan tujuan pembelajaran matematika

Berdasarkan kurikulum 2006 (BSNP : 8) pengertian Matematika adalah suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melaalui proses penalaran dedukif, yaitu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsp dalam Matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Dalam pembelajaran matematika agar suatu materi dapat dengan mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran induksi dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan kemudian dilanjutkan dengan proses penelaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki siswa.
Fungsi dari matematika menurut Respati Mulyato (2005: 233) dalam tulisannya di Jurnal Pendidikan Nasional Tahun 2005 adalah untuk mengembangkan logika berpikir siswa dalam menyelesaikan soal-soal atau memecahkan masalah-masalah logis, baik yang terkait dengan materi matematik langsung ataupun bidang studi lain yang mengandung unsure logika.

2.1.2. Ruang lingkup dan rambu-rambu pembelajaran matematika
Ruang lingkup pembelajaran Matematika terdiri dari berbaga standar kompetensi yang pada akhir periode pembelajaran harus dapat dikuasai oleh siswa. Standar kompetensi dikelompokkan dalam kemahiran matematika, bilangan, pengukuran dan geometri,aljabar, statistika, dan peluang.
Trigonometri dan kalkus standar kompetensi pembelajaran matematika di kelas I SD merupakan standar kompetensi . untuk kurikulum lanjut yang dilakukan dan harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar.

2.2. Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar

2.2.1. Pengertian, fungsi, dan tujuan pembelajaran PKN
Materi PKN dikembangkan dalam bentuk standar nasional PKN yang pelaksanaannya berprinsif pada elementasi kurikulum terdesentralisai. Ada empat isi pokok Pendidikan Kewarganegaraan:
1) Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan.
2) Standar materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pemnbelajaran.
3) Indicator pencapaiakan sebagai criteria keberhasilan pencapaian kemampuan dan,
4) Rambu-rambu umum pembelajaran sebagai rujukan alternative bagi guru.
Fungsi PKN bertumpu pada kemampuan dasar kewarganegaraan (Civic Competence) untuk semua jenjang.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah partisipasi yang penuh nalas dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga Negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsif-prinsif dasar demokrasi konstitusional Indonesia.
Pembelajaran PKN dapat membekali siswa dengan pengetahuann dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektifitas dalam berprestasi.
Suryadi dan Sumardi (1999) mengemukakan bahwa untuk mengkonsepsi pendidikan kerawganegaraan dengan paradigmanya yang baru, konsep Negara dapat didekati dari sudut pandang system. Negara adalah suatu bentuk khusus dari tata kehidupan social yang dibangun dari sejumlah komponen dasar di dalam suatu ssistem yang integral.
Komponen-komponen dasar system tata kehidupan bernegara terdiri dari system personal. System kelembagaan, system normative, system wilayah dan system idiologis sebagai factor integrative bagi seluruh komponen.*
BAB III
PELAKSANAAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas I SDN Pangulah Utara Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang pada tanggal 3 Maret 2010 sampai dengan 18 Maret 2010.
Adapun mata pelajaran yang dijadikan subjek penelitian adalah mata pelajaran Matematika (mata pelajaran eksakta) dan mata pelajaran PKN (mata pelajaran non eksak) jumlah siswa yang terlinbat dalam penelitian ini sebanyak 31 orang, 16 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Secara umum para siswa yang mengikuti pendidikan di SDN Pangulah Utara berlatar belakang ekonomi kelas menengah ke bawah dengan mata pencaharian orang tua sebagian besar dari kalangan buruh tani. Demikian pula latar belakang pendidikan mereka sebagian besar hanya lulusan SD.
Hal ini merupakan suatu tantangan dari sekolah untuk terus berupaya memberikan perhatian khusus kepada siswa dalam mengikuti pendidikan di sekolah, agar para siswa dapat belajar dengan baik serta menghasilkan lulusan terbaik. Kemudian dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.




B. Deskripsi Persiklus
Prosedur pelaksanaan yang dilakukan peneliti dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dimulai dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Membuat perencanaan tentang mata pelajaran apa yang memungkinkan untuk dilakukannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
b) Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP)
c) Mencari teman sejawat,yaitu guru senior di SDN Pangulah Utara
d) Membuat Laporan kepada bapak Kepala Sekolah SDN Pangulah Utara tentang kegiatan PTK yang penulis lakukan di kelas IA yang bersangkutan.
e) Mengumpulkan data yang berupa lembaran-lembaran observasi untuk diamati dan direfleksi.
f) Untuk mengetahui tentang langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh penulis agar kegiatan ini dapat berjalan dan mencapai hasil sesuai dengan apa yang diharapkan, peneliti melakukan konsultasi dengan Supervisor PKP.

1. Mata Pelajaran Matematika
Siklus I
a) Prosedur Umum
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara umum adalah:
o Guru memimpin doa sebelum belajar
o Memperingatkan cara duduk yang baik selama pelajaran berlangsung.
o Mengadakan apersepsi tentang menulis lambang bilangan.
o Guru memberi contoh soal dan penyelesaiannya dilakukan sendiri oleh guru.
o Guru m,enyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah dilaksanakannya kegiatan pembelajaran matematika pada hari itu.
o Guru mengadakan evaluasi.

b) Prosedur Khusus
Sesuai dengan RPP Perbaikan, guru member contoh soal dan cara mengisinya tanpa melibatkan anak atau tidak menyusuh anak untuk mendemontrasikan atau mengisinya di papan tulis.

Siklus II
a) Prosedur Umum
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara umum adalah:
o Guru memimpin doa sebelum belajar
o Memperingatkan cara duduk yang baik selama pelajaran berlangsung.
o Mengadakan apersepsi tentang menulis lambang bilangan yang benar.
o Guru member contoh soal lebih banyak dari Sikluss 1 dan mengisinya, kemudian menyuruh salah seorang siswa ke depan untuk mengisi di papan tuliss secara bergantian.
o Guru menyampaikan penjelasan materi pokok secara berulang-ulang dan menjelaskan tempat ratusan, puluhan, dan satuan secara rinci mengguggunakan dekak-dekak berwarna, warna merah untuk ratusan, warna kuning untuk puluhan, dan warna hijau untuk satuan.
o Siswa secara bergilir mempraktekkan cara menggunakan dekak-dekak.
o Guru mengadakan evaluasi.

b) Prosedur Khusus
o Sesuai dengan RPP perbaikan secara berulang-ulang buru memberikan penjelasan dan memberi banyak contoh soal kepada siswa.
o Guru memberi penjelasan cara bilangan atau dan menulis lambang bilangamn dan cara penggunaaan dekak-dekak berwarna.
o Untuk nilai tempat puluhan dan satua serta melibatkan siswa dengan bergilir untuk menulis lambang bilangan, bilangan 51 – 100.
o Secara urut dan sebelum mengadakan evaluasi, Siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab dengan harapan siswa lebih memahami materi yang sedang dipelajari.

2. Mata Pelajaran PKN
Siklus I
c) Prosedur Umum
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara umum adalah:
o Guru memotivasi kesiapan belajar
o Guru mengadakan apersepsi tentang hak-hak anak tanpa alat peraga.
o Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
o Guru menekankan pembelajaran pada materi pokok tanpa menggunakan alat peraga dan demontrasi
o Guru mengadakan evaluasi.

d) Prosedur Khusus
Sesuai dengan Rencana Perbaikan Pembelajaran, yang dilakukan pada penekanan pada materi pokok , menuliskan hak-hak anak di rumah maupun di sekolah, yang terdapat pada table ke buku catatan siswa tanpa ada Tanya jawab.

Siklus II
c) Prosedur Umum
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara umum adalah:
o Guru memotivasi kesiapan belajar siswa.
o Guru mengadakan apersepsi tentang hak-hak anak pada mata pelajaran PKN dengan menggunakan foster dengan judul mendapatkan kasih saying adalah hak anak di rumah.
o Guru memberi contoh hak-hak anak yang lainnya seperti seperti hak mendapat kehidupan yang layak, hak mendapat pelajaran dsb.
o Guru mengadakan evaluasi.

d) Prosedur Khusus
Sesuai dengan rencana perbaikan yaitu penjelasan tentang hak-hak anak baik di rumah maupun di sekolah disertai dengan foster yang berjudul mendapatkan kasih saying adalah hak-hak anak di rumah.
Siswa diberi kesempatan ke depan untuk menjelaskan haknya di sekolah.*
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Mata Pelajaran Matematika
Hasil pengolahan data yang dilaksanakan dari dua siklus perbaikan pembelajaran Matematika diperoleh data akhir sebagai berikut:

Hasil rekapitulassi nilai tes Matematika sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:


2. Mata Pelajaran PKN
Hasil pengolahan data yang dilaksanakan dari dua siklus perbaikan pembelajaran Matematika diperoleh data akhir sebagai berikut:

Hasil rekapitulassi nilai tes Matematika sebelum dan sesudah perbaikan pembelajaran dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:

B. DESKRIPSI TEMUAN/REFLEKSI
Dari hasil diskusi dengan pengamat dan supervisor , perbaikan penbelajaran yang dilaksanakan berdasarkan 2 siklus perbaikan menghailkan kemajuan yang diharapkan.

a. Mata Pejalaran Matematika
Pada siklus 1 tidak ada siswa yang mendapat nilai 100, hanya 2 siswa mendapat nilai 90, ada 3 siswa yang mendapat nilai antara 80-85, ada 8 siswa yang mendapat nilai 70, ada 8 siswa yang mendapat nilai 60-65, ada 5 anak yang mendapat nilai 50-55, ada 3 anak yang mendapat nilai 40-45, dan ada 1 anak yang mendapat nilai 30. KKM Mata Pelajaran Matematika Kelas I SDN Pangulah Utara ditetapkan sebesar 63,10, dengan begitu maka prosentase anak yang mencapai KKM adalah sebesar 45,16 % atau sebanyak 14 siswa.
Pada siklus 2 ada peningkatan prosentase pencapaian nilai anak terhadap nilai KKM, yaitu dari 45,16 % pada siklus 1 menjadi 77,42 % pada siklus 2, dengan rincian pencapaian, yaitu: ada 10 anak yang mendapat nilai 100, ada 4 anak yang mendapat nilai 85-90, ada 5 anak yang mendapat nilai 75-80, dan ada 3 anak yang mendapat nilai 50-55. Dan nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 79,35 sehingga sudah melebihi KKM Matematika SDN Pangulah Utara yang ditetapkan 63,10.


b. Mata Pejalaran PKN

Pada siklus 1 tidak ada siswa yang mendapat nilai 95-100, hanya 2 siswa mendapat nilai 90, ada 3 siswa yang mendapat nilai antara 85-90, ada 10 siswa yang mendapat nilai 75-80, ada 5 siswa yang mendapat nilai 65-70, ada 6 anak yang mendapat nilai 55-60, ada 3 anak yang mendapat nilai 40-45, dan ada 2 anak yang mendapat nilai 45-50. KKM Mata Pelajaran PKN Kelas I SDN Pangulah Utara ditetapkan sebesar 62,25 , dengan begitu maka prosentase anak yang mencapai KKM adalah sebesar 58,06 % atau sebanyak 18 siswa.
Pada siklus 2 ada peningkatan prosentase pencapaian nilai anak terhadap nilai KKM, yaitu dari 96,77 atau sebanyak 30 siswa, dengan nilai rata-rata 76,95. Dan ini berarti telah melebihi nilai KKM PKN SDN Pangulah Utara yang ditetapkan 62,25.



C. PEMBAHASAN
Kegiatan yang dilakukan Guru pada PTK mata Pelajaran Matematika semula direncanakan akan mencapai siklus 3, tetapi karena 2 siklus saja sudah mencapai nilai yang diharapkan, maka siklus ke-3 tidak dilaksanakan.
a. Mata Pelajaran Matematika
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengamatan oleh observer maka rencana perbaikan pembelajaran matematika hanya dilaksanakan 2 siklus.
1) Setelah melakukan apersepsi dan penjelasan materi, guru mengevaluasi siswa. Hassil evaluasi adalah: siswa yang mencapai KKM baru 45,16 % dan yang mendapat nilai di bawah KKM 54,84% . Dari hasil ini dirasa kurang memuaskan maka dilakukan perbaikan pada siklus 2.
2) Untuk meningkatkan nilai dan mencapai perbaikan yang diinginkan maka guru melengkapi pembelajaran dengan alat peraga dan menggunakan kartu bilangan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menulis lambang bilangan, siswa yang kurang faham disuruh maju ke depan untuk menulis lambang bilangan dengan benar.
3) Hasil yang dicapai pada perbaikan pembelajaran siklus 2 ini ternyata memuaskan, yaitu mencapai angka prosentase 77,42 %.

b. Mata Pelajaran PKN

Berdasarkan hasil pengelolaan data dan pengamatan oleh observer maka rencana perbaikan pembelajaran PKN hanya dilaksanakan 2 sikluss.
1) Siklus 1, setelah melakukan apersepsi dan penjelasan materi , guru mengevaluasi siswa. Hasil dari evaluasi adalah siswa yang mencapai nilai KKM baru 58,06 %, dan hasil ini dirasa kurang memuaskan maka diadakan perbaikan pada siklus 2.
2) Untuk meningkatkan nilai dan mencapai perbaikan yang diinginkan maka guru melengkapi pembelajaran dengan alat peraga dan menggunakan metode demontrasi. Siswa mengisi table dengan sehari-hari yang dipampang di depan kelas dan mengisinya secara bergiliran. Setelah itu baru dilaksanakan evaluasi.
3) Hasil yang dicapai pada perbaikan pembelajaran siklus 2 ini yternyata sangat memuaskan yaitu mencapai angka prosentase 96,77 % atau ada 30 anak yang dapat mencapai nilai KKM dari 31 siswa yang ikut perbaikan pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan metode demontrassi dan penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran penulisan lambang bilangan, bilangan 51-100. Dapat kita lihat dari nilai hasil evaluasi yang dilaksanakan pada setiap siklus. Pada siklus pertama perbaikan pengajaran siswa kelas 1 SDN Pangulah Utara Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang mendapat nilai rata-rata 79,35.
2. Penggunaan metode demontrasi dan alat peraga poster dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menuliskan hak-hak anak. Pada siklus pertama perbaikan pengajaran siswa SDN Pangulah Utara Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang mendapat nilai rata-rata 76,95.

B. Saran
Bersama ini kami mengajukan beberaapa saran sebagai tinjauan penelitian yang telah kami lakukan, yaitu:
1. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan meningkatkan kompetensi serta profesionalisme adalah suatu tuntutan yang tidak bias dihindari oleh semua kalangan pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan penerapan berbagai metode, strategi, pendekatan dan penerapan media alat bantu pelajaran.
2. Dalam penerapan metode pemecahan masalah pada pembelajaran Matematika di Sekolah dasar, hendaknya memperhatikan materi yang akan disampaikan.
3. Sarana dan persiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode pemecahan masalah harus disiapkan agar tidak terjadi kesenjangan dalam melaksanakan tugas yang diberikan di dalam kelompok.
4. Penggunaan alat peraga yang tepat misalnya kartu bilangan untuk memperlancar menulis lambang bilangan dan penggunaan poster tentang hak-hak anak dapat memnbantu proses pembelajaran.*

DAFTAR PUSTAKA
A. Karim dan Widagdo, D (2001). Pendidikan Matemaatika II, Jakarta , Universitas Terbuka.
Andayani, dkk (2007), Pemantapan kemampuan Profesional (panduan), Jakarta, Universitas Terbuka.
Depdikbud (2004), Kurikulum 2006. Dinas Pdan K kabupaten Karawang.
Hambali J. Iskandar dan Rahmat M. (1995) Pendidikan Matematika I, Jakarta Depdikbud.
Kasihani , Kasbollah (1998/1999), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta Dikti Proyek PGSD.
Purbowinanto, Yudi (2004) Pandai Belajar Bahasa Indonesia Kelas 2. Bandung , regina.
Ruseffendi (1992), Pendidikan Matematika 3, Jakarta Depdikbud.
Soekoro dan Gunawan A. (2005) Rahasia Matematika SD, Surabaya, Mitra Pelajar.
Udin S. Winata Putra dkk,.(2006) Materi dan Pembelajaran PKN SD. Jakarta. UT
Igak Wardhani (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Kelas I-VI. Jakarta. UT.
Slamet dkk (2008). Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD Kelas I. Pusat Perbukuan Depdikbud.
Diposkan oleh ARTIKEL KITA di 07:58

Minggu, 25 September 2011

MODEL-MODEL MENGAJAR

MODEL-MODEL MENGAJAR
Mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Rumusan lainnya menyatakan bahwa mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar secara efektif.
Pendapat lain mengatakan bahwa proses belajar itu harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri. Dengan kata lain, anak-anaklah yang harus aktif belajar, sedangkan guru bertindak sebagai pembimbing. Pandangan ini pada dasarnya mengemukakan bahwa mengajar adalah membimbing kegiatan belajar anak.
Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.
Dalam sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah (syntax) yang relatif tetap dan pasti untuk menyajikan materi pelajaran secara berurutan. Oleh karena itu, sebuah model mengajar dapat dianggap sebagai teori yang bersifat mekanis dalam arti berjalan secara tetap seperti mesin.
Kumpulan atau set model mengajar yang dianggap komprehensif, menurut Tardif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisasi sebagai berikut :

1. Model Information Processing, sebuah model mengajar untuk mengembangkan ranah cipta (kognitif).
Termasuk model information processing adalah Model Peningkatan Kapasitas Berfikir yang diilhami oleh Jean Piaget (1896 – 1980). Penerapan model ini diarahkan pada pengembangan-pengembangan sebagai berikut :
a. Daya cipta akal siswa
b. berpikir kritis siswa
c. Penilaian mandiri siswa
Langkah-langkah (syntax)
Setelah guru mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung penyajiannya, seperti alat peraga, buku sumber dll, ia harus siap melaksanakan tiga macam sintaks model. Langkah-langkah ini biasanya ditempuh dengan menggunakan motede Diskusi dan pemberian tugas yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. langkah konfrontasi. Yaitu guru mengkonfrontasikan atau menghadapkan para siswa pada permasalahan yang menentang, penuh tanda tanya, dan terkadang tak masuk akal. Caranya ialah dengan menajukan pertanyaan yang pelik tetapi masih setara dengan perkembangan ranah kognitif siswa.
2. langkah inquiry, merupakan proses pengunaan intelek siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep ke dalam sebuah tatanan yang menurut siswa tersebut penting (Barlow, 1985). Selama proses inquiry guru perlu memberi peluang kepada siswa agar lebih banyak mengembangkan kreativitas sendiri dalam memecahkan masalah.
3 langkah transfer. Pada tahap akhir ini diharapkan kemampuan-kemampuan ranah cipta dan rasa yang sudah dimiliki oleh siswa dapat mempermudah penyelesaian-penyelesaian tugas pembelajaran berikutnya. Selain itu, kiat kognitif siswa dalam memecahkan masalah diharapkan dapat memberi dampak positif atau dapat digunakan lagi untuk memecahkan masalah-masalah baru (Lawson, 1991)

2. Model personal (pengembangan pribadi)
Model personal berorientasi pada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Model personal lebih ditekankan pada pembentukan dan pengorganisasian realitas kehidupaan lingkungan. Diharapkan dengan model ini proses belajar-mengajar dapat menolong siswa dalam mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
Model personal lebih bersifat bimbingan dan penyuluhan dalam mengantisipasi atau mengatasi kesulitan belajar siswa, juga untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar siswa yang dianggap bermasalah.
Teknik yang lazim digunakan untuk mengimplementasikan model personal adalah teknik wawancara. Dalam wawancara ini siswa dibebaskan menjawab dan mengekspresikan ide dan perasaan kepada guru pembimbing sehubungan dengan masalah yang sedang dialami. Sebaliknya, guru yang berfungsi sebagai pembimbing sangat dianjurkan untuk bersikap empatik, dalam arti menunjukkan respons ranah cipta dan rasa yang penuh pengertian terhadap emosi dan perasaan siswa (Reber, 1988)
Langkah-langkah (syntax)
1. Menentukan situasi yang membantu. Tahapan ini dilakukan pada wawancara awal. Guru harus pandai-pandai menyusun daftar pertanyaan yang membuka jalan bagi siswa klien untuk mengekspresikan secara bebas hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Jadi, tahapan ini lebih bersifat penjajagan masalah.
2. Mendorong/memotivasi siswa klien untuk mengekspresikan segala perasaan yang ada, baik yang bersifat positif maupun negatif.
3. Mengembangkan insight, dalam arti mengerti dan menyadari sendiri tentang arti, sebab, dan akibat perilakunya pada masa lalu yang bermasalah. Peranan guru dalam hal ini memberi akses keterusterangan siswa klien, agar jenis masalah yang akan dipecahkan pada langkah selanjutnya dapat ditentukan rumusannya.
4. Memotivasi siswa klien sambil membantuk membuat keputusan tentang jenis masalah dan membuat rencana pemecahan masalah tersebut. Dalam hal ini, yang dilakukan guru adalah menawarkan alternatif-alternatif penentuan jenis masalah dan prosedur pemecahannya untuk dijadikan acuan siswa tersebut dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Jadi yang mengatasi masalah bukan guru pembimbing melainkan siswa klien itu sendiri.
5. Memotivasi siswa klien untuk mengambil keputusan mengenai jenis masalah dan tindakan-tindakan positif. Guru pembimbing tinggal memantau pelaksanaan tindakan-tindakan siswa tersebut sambil bersiap siaga membantu menyingkirkan atau mengurangi hambatan yang mungkin merintangi tindakan positif siswa.
3. Model behavioral (pengembangan perilaku)
Model behavioral direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar. Aktivitas mengajar, menurut teori ini harus ditujukan pada timbulnya perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa ke arah yang sejalan dengan harapan.
Di antara model mengajar behavioral adalah mastery learning (model belajar tuntas). Model ini pada dasarnya merupakan pendekatan mengajar yang mengacu pada penetapan kriteria hasil belajar. Kriteria tingkat keberhasilan belajar ini meliputi : 1). Pengetahuan; 2). Konsep; 3) keterampilan; 4) sikap dan nilai.
Langkah-langkah (syntax)
1. langkah orientasi. Pada tahap pertama ini guru dianjurkan menyusun framework (kerangka kerja pengajaran). Dalam kerangka tersebut ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
o pokok bahasan materi pelajaran
o Keterampilan yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari materi pelajaran.
o tugas dan tanggung jawab murid dalam melakukan belajar.
2. Langkah penyajian. Pada tahap kedua guru menjelaskan konsep konsep yang terdapat dalam pokok bahasan, serta mendemonstrasikan keterampilan yang berhubungan dengan materi pelajaran.
3. Langkah strukturisasi latihan. Pada tahap ketiga ini guru memperlihatkan contoh-contoh mempraktikkan keterampilan sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan pada waktu penyajian materi. Dianjurkan untuk memakai media seperti video tape recorder, OHP, LCD atau gambar-gambar agar lebih mudah ditangkap oleh siswa.
4. Langkah praktik. Pada tahap keempat ini guru menginstruksikan kepada para siswa untuk mempraktikkan keterampilan yang telah diajarkan. Dalam hal ini guru cukup memonitar praktik yang dilakukan oleh siswa apakah sudah benar sesuai dengan teori yang diajarkan.
5. Langkah praktik bebas. Pada tahap terakhir ini guru dapat memberi kebebasan kepada para siswa untuk mempraktikkan sendiri keterampilan yang telah dikuasai. Hal ini bisa diterapkan bila siswa telah mengusai meteri dengan tingkat akurasi (ketepatan) keterampilan minimal 90 persen.
Sebagai catatan, bahwa model mastery learning itu sangat tepat untuk mengajarkan keterampilan yang memerlukan aplikasi fungsi-fungsi jasmani (ranah cipta) seperti pelajaran olah raga, senam, pelajaran shalat dll. Akan tetapi, guru perlu menyadari kelemahan model belajar tuntas tersebut, lantaran lebih banyak mengembangkan ranah karsa dan sedikit mengembangkan ranah cipta. Sedangkan ranah rasa hampir tak tersentuh. Maka guru harus kreatif untuk menggunakan model mengajar lainnya sebagai upaya pengkombinasian yang dapat menutupi kekurangan model masteri learning tersebut.

Prinsip Pengajaran

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN
2.1 Pengertian Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran mengandung dua aktivitas yaitu belajar dan mengajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman dan mengajar didefinisikan sebagai aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses belajar yang efektif. Menurut Burt, intelegensi adalah kemampuan mengadakan sintesis. Sebagaimana menurut pengertian ahli mengenai proses pembelajaran :
Teuku Zahara Djaafar (2001:1) menyatakan dalam konsep teknologi pendidikan dibedakan istilah pembelajaran (instruction) dan pengajaran (teaching). Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional (Instructional) saja yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi tertentu. Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi (formal). Lebih lanjut Teuku Zahara Djaafar menyatakan menurut Cagne dan Bigg, pembelajaran adalah rangkaian peristiwa kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.
Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian sebagaimana dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan – penguasaan pola respon atau tingkah laku baru yang mungkin berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan dan kemampuan (Witherington,1950).
Belajar itu membawa perubahan (perubahan perilaku, baik aktual maupun potensial), perunahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). (Sumadi,1984).
2.2 Tujuan dalam Proses Pembelajaran
Tujuan proses pembelajaran bagi guru adalah mengantarkan peserta didik atau sebagai fasilitator dalam menguasai kompetensi yang dibutuhkan melalui proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran bagi siswa adalah mampu menguasai kompetensi yang diajarkan oleh guru sehingga dapat diperoleh hasil belajar (nilai) yang memuaskan.
2.3 Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Telah dipahami belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak berubah, berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan. Tetapi tidak semua perubahan berarti belajar.
Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan kearah keberhasilan. Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu, sebagai berikut:
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional;
2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;
3. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional;
4. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;
5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;
6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
7. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;
8. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif;
9. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya;
10. Belajar adalah proses kontiguitas {hubunagan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain} sehingga mendapatkan pengertian yang diharapakan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan;
11. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa;
Belajar merupakan serangkaian kegiatan aktif siswa dalam membangun pengertian dan pemahaman. Oleh karena itu dalam proses siswa harus di beri waktu yang memadai untuk bisa membangun makna dan pemahaman, sekaligus membangun ketrampilan dari peengetahuan yang diperolehnya. Artinya, memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berfikir dalam menghadapi masalah sehingga siswa dapat membangun gagasannya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Tidak membantu siswa secara dini, menghormati hasil kerja siswa, dan memberi tantangan kepada siswa dengan banyak memberi latihan soal merupakan strategi guru untuk membentuk siswanya menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab belajar pada dasarnya berada di tangan siswa. Namun demikian bukan berarti guru tidak mempunyai tanggung jawab apapun. Tanggung jawab guru adalah menciptakan suasana belajar yang dinamis sehingga siswa terdorong motivasi belajarnya, sehingga suasana belajar yang kondusif dapat tercipta.
Prinsip belajar di atas sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang harus berlanjut sepanjang hidup. Prinsip-prinsip belajar antara lain :
1. belajar harus mempunyai tujuan yang jelas
Tujuan ini dimaksudkan agar seseorang dapat menentukan arah yang jelas sehingga tahap-tahap yang harus di tempuh akan tersusun dengan baik, yang memungkinkan pencapaian hasil yang maksimal
2. proses belajar akan terjadi apabila seseorang dihadapkan pada situasi yang problematik
Dengan banyaknya problem yang di hadapi akan mendorong siswa untuk berfikir mencari jalan agar masalahnya dapat terselesaikan. Semakin besar kualitas dan kuantitas problem yang di hadapi, semakin luas pula cara siswa berfikir untuk memecahkannya.
3. belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna di banding belajar dengan hafalan
Belajar dengan pemahaman memungkinkan siswa mengetahui konsep yang diajarkan, sehingga apapun permasalahan yang di hadapi akan bisa terselesaikan dengan baik. Sedangkan belajar dengan hafalan hanya cenderung merangsang siswa untuk mengingat apa yang telah diajarkan kepadanya tanpa mengetahui konsep dasar yang relevan dengan bahan ajaran yang diterima. Hal ini menyebabkan siswa kurang terampil dalam menghadapi permasalahan yang lebih kompleks meski dengan konteks yang sama.
4. belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil di banding belajar secara terbagi
Dengan belajar secara menyeluruh siswa akan lebih mengerti dengan jelas hubungan-hubungan dari berbagai komponen yang ada dalam suatu bahan ajaran. Sehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mudah dan cepat di bandingkan dengan belajar bagian demi bagian.
5. belajar memerlukan kemampuan untuk menangkap intisari pelajaran itu sendiri
Sehubungan dengan pengertian di atas, apa yang di terima siswa dalam belajarnya mempunyai arti bahwa siswa telah menangkap intisari dari pelajaran yang disampaikan.
6. proses belajar memerlukan metode yang tepat
Pengguanaan metode yang tepat dalam proses belajar mempunyai arti yang penting baik bagi siswa maupun guru. Dengan materi yang tepat akan membangkitkan motivasi belajar dalam diri siswa, sehingga proses transfer pengetahuan akan lebih cepat dilakukan. Dengan metode yang tepat pula guru berhasil menjadi fasilitator dari proses belajar yang terjadi.
7. belajar memerlukan minat dan perhatian siswa
Proses belajar membutuhkan minat dan perhatian siswa untuk dapat mrnyerap materi yang disampaikan. Tugas seorang gurulah yang harus membangkitkan minat manusia dalam mengembangkan, menambah pengetahuan, dan mengikuti perkembangan di segala bidang kehidupan.
Prinsip ini mengacu pada empat pilar pendidikan yang universal yaitu belajar mengetahui (learning to know ), belajar yang melakukan (learning to do ), belajar menjadi diri sendiri (learning to be ), dan belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together ).
Mengapa pembelajaran dapat mengalami kegagalan ? Antara lain unsur penyebabnya adalah tidak diterapkannya prinsip-prinsip pembelajaran. Tiap proses belejar memiliki prinsip-prinsip tertentu. Gunanya adalah peserta didik dapat mengikuti proses belajar sedemikian rupa sehingga mampu mencapai manfaat belajar yang maksimum.
Belajar akan merubah seseorang, tetapi tidak semua perubahan tingkah laku di sebut perubahan. Ciri-ciri belajar menurut Max Darsono Alex dan kawan – kawan (2000:30) adalah :
1. Belajar dilakukan dengan sabar dan memiliki tujuan.
2. Belajar merupakan pengalaman tersendiri.
3. Belajar adalah proses interaksi individu dengan lingkungan.
4. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri pelaku.
Enam Langkah Belajar Efektif Dengan Rumus SQ4R, yaitu:
1. Survey (Meninjau)
Usaha untuk mengetahui garis besar isi dari bacaan serta cara penyusunan dan penyajiannya secara sepintas lalu.
2. Question (Mengajukan Pertanyaan)
Mengajukan pertanyaan bertujuan untuk menimbulkan rasa ingin tahu. Orang yang ingin tahu akan berusaha mencari jawabannya.
3. Reading (Membaca)
Bacalah dengan cermat bahan pelajaran satu kali lagi sambil berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah diajukan
4. Recite (Mengingat sambil menyebutkan kembali)
Rahasia yang perlu diketahui dalam menyebutkan kembali ialah sebutkan dengan menggunakan kata-kata sendiri. Mengingat dan menyebutkan kembali merupakan langkah yang penting karena dengan cara ini orang dapat mengenali dan juga mempelajari jawaban.
5. Record (Mencatat)
Tujuan membuat catatan ialah untuk menolong kita mengingat pokok-pokok yang penting tanpa membaca kembali bahan bacaan itu sendiri. Catatannya dibutuhkan untuk merangsang ingatan kembali apa yang kita pelajari.
6. Review (Mengulang Kembali)
Mengulang kembali berarti mengungkapkan kembali apa yang telah Anda pelajari tanpa melihat catatan. Mengulang bahan pelajaran secara teratur amat berguna karena mengingatkan kembali pengetahuan yang telah kita pelajari sebelumnya.




Adapun Prinsip – prinsip pengajaran untuk Pemahaman adalah sebagai berikut:
1. Para Pendidik dapat mengidentifikasi ketrampilan, pengetahuan, dan prestasi penting yang ditangkap oleh siswa.
2. Sekali topik yang bermanfaat dan hasil atau tujuan penting ditentukan, kemudian guru dapat menunjukkan cara terbaik untuk siswanya dalam memperoleh pemahaman. Rangkaian kurikuler dan kegiatan harus direncanakan. Dengan mengindentifikasi tema – tema melalui keterlibatan kelompok, akan lebih mudah dalam mendapatkan penerimaan yang lebih besar dari suatu kurikulum yang inovatif, hal ini juga mendorong anggota kelompok untuk ikut serta. Prinsip-Prinsip Pengajaran untuk Pemahaman
3. Penambahan pada kurikulum yang diarahkan oleh guru, siswa memperoleh manfaat dengan menentukan kurikulum mereka sendiri. Melalui pengalaman akademik yang tercetus sendiri, siswa tidak hanya mendalami pemahaman mereka pada isi pengetahuan, mereka juga belajar untuk menjadi pembelajaran yang bebas, pemikir, dan pencipta.
4. Strategi lain dalam mengajar untuk pemahaman adalah untuk menawarkan kemungkinan magang bagi siswa, di mana mereka dapat mengamati dan berinteraksi dengan para ahli yang membangun pengetahuan dan mempraktikkan kemampuan individualnya. Prinsip-Prinsip Pengajaran untuk Pemahaman
5. Sebagai ganti dari jawaban singkat, penyajian belajar dengan mengisi tempat yang kosong, semua siswa diharapkan untuk menggunakan ketrampilan berpikir dalam tingkat yang lebih tinggi dalam belajarnya. Mereka seharusnya dapat menyamaratakan apa yang mereka pelajari, untuk menyediakan contoh – contoh dalam menghubungkan isi dengan pengalaman pribadinya, dan untuk memakai pengetahuan mereka dalam situasi baru.
6. Penilaiaan dapat digabungkan secara alami melalui seluruh kegiatan belajar. Siswa seharusnya membantu menghasilkan kriteria, di mana karya mereka akan dievaluasi sebelum mulai studinya.
Definisi Konsep Belajar Mengajar dari beberapa ahli:
Belajar Mengajar menurut ahli bahasa:
Made Pidarta (2007): Mengajar adalah upaya menciptakan situasi yang membuat peserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal kearah yang positif.
Nasution (1995): Mengajar adalah aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
PRINSIP-PRINSIP MENGAJAR
1. Prinsip apersepsi. Seorang pengajar harus bisa mengaitkan pengetahuan baru yang akan diajarkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
2. Prinsip peragaan . Seorang pengajar harus bisa mengkonkretkan konsep-konsep yang abstrak.
3. Prinsip motivasi . Pengajar sebagai motivator agar semangat dan kemauan belajar siswa tetap tinggi.
4. Prinsip kerjasama. Seorang pengajar harus bisa mengakomodasi dan memfasilitasi kegiatan belajar kelompok siswa.
5. Prinsip belajar aktif . Seorang pengajar harus melibatkan siswa selama proses pengajaran berlangsung utamanya keaktifan metal emosional.
6. Prinsip penyesuaian dengan individu . Metode dan teknik pengajaran harus bervariasi dan sesuai dengan kemampuan siswa
7. Prinsip korelasi . Seorang pengajar harus selalu berusahan untuk mengaitkan pokok bahasan yang diajarkan dengan pokok bahasan lain dalam satu materi.
8. Prinsip evaluasi teratur. Evaluasi yang dilakukan untuk melihat keberhasilan belajar harus dilakukan secara objektif, mendidik, dan berkesinambungan.
Sebelum mengetahui prinsip-prinsip belajar mengajar di Indonesia sebenarnya ada beberapa definisi yang bisa kita jadikan acuan, namun pendapat dan definisi dari OP. Dahama & OP. Bhatnagar datang layaknya angin segar yang menyejukkan dan membawa perubahan. Sehingga pendapat tersebut melengkapi pendapat yang lain dan menambah kasanah dalam ranah pembelajaran dan pengajaran.
Definisi Pendidikan dalam belajar dan maengajar adalah:
1. Ideas and knowledge
Bahwasanya ide dan ilmu pengetahuan adalah motivasi. Motivasi yang baik juga merupakan awal sebuah kemajuan. Dua hal diatas saling berkaitan. Berkembangnya ilmu pengetahuan merupakan pengembangan beberapa ide yang dikejawantahkan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Semakin tinggi proses pencarian ide(penelitian) maka etos kerja dalam dunia pendidikan akan berbanding lurus dengan kemampuan masyarakatnya untuk termotivasi dalam melakukan perubahan. Bahkan Allahpun menisbatkan dirinya sebagai AL-FATHIR (Pencipta) yang merupakan segala sumber ide dan pengetahuan.
Contoh : Semakin tinggi tingkat penelitian dan kajian ilmu akan menyebabkan perubahan pada kebiasaan hidup yang selalu menerima keadaan menjadi seseorang yang selalu menyukai perubahan positif hingga mengantar pada hakikat diciptakannya manusia yang selalu dituntut untuk berusaha dan berpikir.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(idea) (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (knowledge) (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS 2 : 190-191)
Inilah bacaan penggalan ayat yang sering kita baca saat kita sholat malam (tahajjud) dimana saat kita dalam keadaan tenang berpikir tentang segala hal yang ada dilangit dan dibumi. Inilah tolok ukur sebuah peradaban bagaimana seorang Muhammad mampu menerangi jazirah Arab yang gelap menuju era yang terang! Kuncinya hanya pada Ideas and knowledge
yang didapat dari berpikir secara mendalam yang semuanya harus saling padu antara logika manusia yang dinamakan akal (filsafat) dengan hokum keteraturan alam yang telah terpola dengan begitu sempurnanya.
Norms and skills
Didalam QS Al-Anbiya’ (21): 32
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara[959], sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.”
[959]. Maksudnya: yang ada di langit itu sebagai atap dan yang dimaksud dengan terpelihara ialah segala yang berada di langit itu dijaga oleh Allah dengan peraturan dan hukum-hukum yang menyebabkan dapat berjalannya dengan teratur dan tertib.
Peraturan dan keahlian adalah sarana yang melahirkan sebuah produk hukum. Sarana tersebut yang mengantar manusia pada sebuah keteraturan. Karena tidak ada didunia yang diciptakan tanpa unsur keteraturan. Keteraturan membawa manusia pada sebuah tatanan yang mana ia harus memahami seberapa jauh hal tersebut berpengaruh pada kehidupan manusia yang disebut sebagai pengalaman. Ketika dalam proses memahami pengalaman inilah langkah demi langkah manusia mengalami peningkatan skill. Skill diperoleh saat seseorang menemukan masalah dan mampu menyelesaikannya dengan brilian. Contoh: masalah hak waris sering menimbulkan permasalahan dan konflik karena sering terjadi perpecahan dimasyarakat. Maka ada keteraturan yang mengatur pembagian hak waris tersebut dan hal itu melahirkan seorang ahli dalam bidang Hukum yang khusus menangani masalah Hak waris. Bahkan dalam Islam masalah tersebut dibahas secara khusus pada Al-Qur’an dan Al-Hadist bahkan beberapa kitab khusus.
Value and attitude
Dari keteraturan melahirkan sebuah tatanan tata tertib yang mengatur kehidupan manusia dalam kesehariannya, dan semua itu untuk memberikan sebuah border atau rambu-rambu bagi manusia untuk meningkatkan Value and attitude-nya.
Tatanan nilai dan perilaku adalah cermin tindakan. Tindakan dan perilaku yang luhur, semakin membuat pendidikan kita maju. Awal semuanya adalah Kejujuran. Berbuat jujur dalam segala hal adalah tatanan nilai dan perilaku yang sangat dijunjung oleh seluruh manusia didunia ini tanpa terkecuali.
Contoh : Tidak ada satupun manusia walaupun ia seorang perampok yang sadis sekalipun mau dibohongi. Karena kejujuran adalah cermin perilaku paling efisien membentuk bangsa yang beradab dan bermoral
understanding and translation
Dari tiga hal diatas kemudian menimbulkan kesadaran dan saling mengerti (understanding) dan mampu memahami situasi dan dipraktekkan dalam kehidupan dimasyarakat (translation). Menurut Made Pidarta (2007): Mengajar adalah upaya menciptakan situasi yang membuat peserta didik mau dan dapat belajar atas dorongan diri sendiri untuk mengembangkan bakat, pribadi, dan potensi-potensi lainnya secara optimal kearah yang positif didalam masyarakat atau social life.

Sabtu, 09 Juli 2011

Alat Peraga Dalam Pembelajaran

Fungsi alat peraga adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2. Salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru karena mrupakan bagian yang integral dari situasi mengajar.
3. Penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
4. Penggunaannya bukan semata-mata alat hiburan (pelengkap).
5. Untuk mempercepat proses pembelajaran (menangkap pengertian)
6. Untuk memprtinggi mutu pembelajaran.

Nilai-nilai penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengurangi terjadinya verbalisme.
2. Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa.
3. Hasil belajar bertambah mantap.
4. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan.
6. Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya bahasa.
7. Membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.

Jenis alat peraga dikelompokan menjadi dua, yaitu :
A. Alat peraga dua dan tiga dimensi
Bagan, grafik, poster, gambar mati, peta datar, peta timbul, globe, papan tulis
B. Alat peraga yang diproyeksikan
Film, slide dan filmstrip

Prinsip-prinsip penggunaan alat peraga ialah sebagai berkut:
1. Menentukan alat peraga dngan tepat
2. Menetapkan /memperhitungkan subjek dengan tepat.
3. Menyajikan alat peraga dengan tepat.
4. Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga tepat waktu, tempat dan situasi yang tepat.

Kamis, 07 Juli 2011

pengaruh alat peraga

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal banyak dipengaruhi oleh beberapa komponen belajar mengajar antara lain : Bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, interaksi guru dan siswa media atau alat peraga yang dipergunakan dan sebagainya.

Dari beberapa komponen belajar mengajar tersebut di atas tentunya tidak boleh ada salah satu komponen yang diabaikan, sebagai contoh penggunaan alat peraga, sebab alat peraga mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai alat bantu untuk memperjelas suatu konsep, ide atau pengertian tertentu sehingga siswa tidak akan memiliki pemahaman yang besifat verbalisme ( Rustiyah 1986 : 61 )

Proses belajar mengajar dengan menggunakan alat peraga yang sesuai akan lebih berhasil dari pada tidak menggunkan alat peraga ( Subarjo dkk. 1989 : 273 )

Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada tingkat Sekolah dasar bertujuan agar siswa memahami pengertian-pengertian dasar IPA dan saling berkaitan dengan kehidupan seharihari, serta memahami lingkungan alam, sehingga dengan melihat tujuan pengajaran IPA pada tingkat SD maka didalam menyampaikan materi IPA kepada siswa tentunya berbeda dengan materi pelajaran yang lain, misalnya : IPS, Matematika, Bahasa Indonesia atau lainnya, terutama didalam menggunakan media atau alat peraga.

Untuk melatih ketrampilan anak agar dapat berfikir secara kreatif dan inovatif melalui IPA merupakan latihan awal bagi anak untuk berfikir kritis dalam mengembangkan daya cipta dan minat siswa secara dini kepada alam sekitarnya.

Pentinganya peningkatan pengajaran IPA di amanatkan dam TAP MPR No.II/MPR/1998 tentang GBHN yang menyatakan antara lain bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran IPA.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas jelas bahwa pengajaran IPA mendapat perhatian besar untuk semua jenjang pendidikan, khususnya pada tingkat Sekolah Dasar yang menjadi landasan begi pendidikan selanjutnya. Keberhasilan pengajaran IPA ditentukan olh beberapa hal antara lain, kemampuan siswa dan kemampuan guru itu sendiri di dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang bermakna sesuai dengan tujuan pengajaran IPA yang terdapat dalam kurikulum.

1.
Rumusan Masalah

Guru sebagai faktor utama keberhasilan pengajaran dituntut kemampuannya untuk dapat menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dengan baik, untuk itu guru perlu mendapatkan pengetahuan tentang bahan pelajaran serta cara menggunakan alat peraga yang dapat digunakan dalam mengajarkan bahan pelajaran secara tepat.

Walaupun guru sudah mendapat pengetahuan tentang bahan pelajaran, kelengkapan alat peraga yang memadai akan tetapi dalam penggunaannya belum bisa secara optimal, sehingga hasilnya pun belum sesuai dengan apa yang diharapkan kita bersama. Hal ini keterbatasan waktu, biaya dan tenaga ditambah lagi dengan keengganan guru dalam menggunakan alat peraga.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka masalah yang diteliti dan dikembangkan adalah :

1.
Bagaimana cara menyiapkan alat peraga ?
2.
Bagaimana cara menggunakan alat peraga IPA secara optimal ?
3.
Bagaimana cara untuk menghilangkan keengganan guru dalam menggunakan alat peraga ?


1.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Peneliatian
1.
Untuk mengetahui seorang guru dalam menyiapkan alat peraga yang akan digunakan.
2.
Untuk mengetahui cara menggunakan alat peraga IPA.
3.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan alat peraga IPA secara optimal terhadap keberhasilan prestasi belajar mata pelajaran IPA.

1.
Manfaat Penelitian
1.
Bagi guru untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat peraga IPA secara optimal.
2.
Bagi siswa untuk mendapatkan pemahaman secara kongkrit.
3.
Bagi peneliti, dapat mengembangkan dan menggunakan alat peraga IPA secara optimal.
4.
Bagi sekolah hasil penelitian tindakan kelas dapat dijadikan masukan untuk perbaikan-perbaikan pendidikan di masa mendatang.

LANDASAN PEMIKIRAN

Pada Bab II ini penulis akan menguraikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kajian teori yaitu : Pengertian peraga IPA, manfaat alat peraga, macam-macam alat peraga IPA, kemudian baru menjelaskan tentang kerangka kerangka berfikir dan pengajuan hipotesis tindakan.

A. Pengertian Alat Peraga IPA

Sebelum penulis menguraikan pengertian tentang alat peraga IPA lebih dahulu akan diuraikan pengertian alat peraga secara umum.

1.
Pengertian alat peraga
1.
Alat peraga ialah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik (KBBI 1988 : 21)
2.
Alat peraga ialah alat yang digunakan untuk memberi bentuk atau rupa tentang suatu pengertian agar pengertian itu mudah ditangkap dan dipahami (Bagian Proyek Pendidikan Pancasila 1993 : 59)
3.
Alat peraga atau Media Pengajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar ( muhammad Ali 1992 : 89)
4.
Alat peraga atau Media Pendidikan dalah alat metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi educatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Rustiyah 1986 : 61)

Dari beberapa pengertian tentang alat peraga, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa alat peraga ialah suatu alat yang digunakan untuk membantu dalam mendidik atau mengajar, sehingga materi yang diajarkan mudah dimengerti dan dipahami oleh anak didik secara efektif.

1.
Pengertian alat peraga IPA

Alat peraga IPA yaitu suatu alat yang digunakan untuk membantu dalam mengajar khusus mata pelajaran IPA sehingga apa yang diajarkan mudah dimengerti dan dipahami oleh anak didik.

B. Manfaat Alat Peraga

Menurut Roestiyah dalam bukunya Masalah-masalah ilmu keguruan mengemukakan bahwa manfaat alat peraga antara lain :

1.
Memperbesar atau meningkatkan perhatian siswa.
2.
Mencegah verbalisme
3.
Memberikan pengalaman yang nyata dan langsung.
4.
Membantu menumbuhkan pemikiranyang teratur dan sistematis.
5.
Mengembangkan sikap eksploratif.
6.
dapat berorientasi langsung dengan lingkungan dan dapat memberi kesatuan (kesamaan) dalam pengamatan.
7.
Membangkitkan motivasi kegiatan belajar dan memberikan pengalaman yang menyeluruh (Roestiyah 1986 : 64)

Menurut S. Nasution dalam bukunya Didaktik Asas-asas Mengajar mengemukakan bahwa manfaat alat peraga adalah sebagai berikut :

1.
Menambah kegiatan belajar siswa.
2.
Menghemat waktu belajar.
3.
Menyebabkan agar hasil belajar lebih permanen dan mantap
4.
Membantu anak-anak yang ketinggalan dalam pelajarannya
5.
Memberikan alasan yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat perhatian (motivasi) dan aktivitas pada siswa.
6.
Memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas ( S.Nasution 1986 : 100)


C. Macam-macam Alat Peraga IPA

1. Anatomi tubuh / kerangka tubuh manusia

2. Mikroskop kecil

3. Termometer, anemometer, dinamometer

4. barometer

5. Laboratorium mini

6. Buku Paket lengkap

7. Macam gelas ukuran

8. Macam timbangan

9. Alat-alat elektro, solder, multi test.

10. Petunjuk dasar praktek elektronika

11. macam-,acam magnet

12 dll.

Dengan memahami pengertian alat peraga, manfaat alat peraga dan macam-macam alat peraga, khususnya yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA dirasa sangat penting dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu seorang guru haruslah :

1.
Mengerti secara mendalam tentang fungsi alat peraga
2.
Menguasai penggunaan alat peraga secara tepat dalam interaksi belajar mengajar
3.
Dapat membuat alat peraga secara murah dan sederhana
4.
Dapat memilih alat peraga yang tepat, sesuai dengan tujuan dan pelajaran yang diajarkan
5.
dapat memelihara/mengelola alat peraga dan menilai baik buruknya
6.
Dapat mengembangkan alat peraga

Berdasarkan kerangka teoritik maka dapat dirumuskan sebuah hipotesa yaitu :

"Dengan menggunakan alat peraga IPA secara optimal, akan berpengarush terhadap keberhasilan prestasi belajar mata pelajaran IPA".

DAFTAR PUSTAKA

Roetiyah, 1986, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara

Nasution, S. 1986, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bandung, Jemars.

Ali, Muhammad, 1992, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru

Ditulis ulang oleh : Balchi, S.Pd.