Minggu, 06 November 2011

Hakikat Belajar
Pada hakekatnya belajar adalah suatu proses usaha sadar yang dilakukan secara terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas pengalaman untuk mencapai pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang mantap. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pemahaman, perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan tingkah laku, daya penerimaan di lain-lain aspek yang ada diindividu siswa (Sudjana,2002: 28).
Belajar adalah sebagai perubahan secara relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh kemudian hari dari pengalaman (Daviodoff,1988:178). Pandangan yang sama dikemukakan Winkel (1991:136), belajar adalah proses perubahan tingkah laku untuk setiap organism sebagai prestasi pengalaman. Hal ini berarti bahwa seseorang telah belajar kalau terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya, tidak karena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan (Sadiman,dkk, 1996:3) dikatakan relative karena adanya kemungkinan suatu prestasi belajar ditiadakan atau diganti dengan prestasi yang baru.
Belajar adalah suatu proses kegiatan yang melibatkan terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar. Perubahan yang terjadi ketika belajar sedang berlangsung memberikan suatu aspek terarah, yaitu kadang menimbulkan perubahan cita-cita atau justru memperkuat cita-cita tersebut. Jika perubahan tersebut mengubah cara berpikir maka akan melibatkan perubahan dalam tujuan dan arah kehidupan. Sehingga apa yang dilakukan sebelumnya ditinggalkan sama sekali (Patricia Tumilisar, 2004:1). Sementara itu, Hamalik (2001:28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Tetapi guru tetap memegang peranan yang penting dalam menentukan berhasil atau gagalnya pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan (sekolah).
Selanjutnya Dimyanti dan Mudjiono (2002: 7) berpendapat bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada lingkungan sekitarnya.
Pieget dalam Dimyanti dan Mudjiono (2002:13) bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Lingkungan tersebut mengalami perubahan, adanya interaksi dengan lingkungannya maka fungsi intelek semakin berkembang. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Slameto (2004: 2).
Sedangkan pengertian lain mengenai belajar menyatakan bahwa belajar adalah untuk memperoleh sukses dalam pengembangan individu untuk dapat bekerja nantinya. Siswa dilatih untuk memecahakn masalah selama belajar dan merupakan pengalaman yang dirancang sekolah untuk dan telah tamat nantinya bias membantu memecahkan masalah (Winkel, 1991: 127) sehingga belajar mengandung semacam perubahan dalam didr seseorang yang melakukan perbuatan belajar ini. Belajar menurut teori Behaviorisme yang agak radikal adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis (Semiawan, 2002: 3). Bersifat mekanis artinya bahwa belajar itu dibuat atau dikondisikan melalui stimulus atau rangsangan untuk menghasilkan suatu respon yang sudah diduga sebelumya. Feldman (1989:127), belajar merupakan proses perubahan tingkah laku untuk setiap organisme sebagai hasil pengalaman. Hal ini bahwa seorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat interaksinya dengan lingkungannya, tidak karena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau hubungan obat-obatan, kecuali perubahan tersebut haruslah bersifat permanen, tahan lama dan meresap, tidak berlangsung sesaat saja (Sadiman,dkk,1996: 3). Dikatakan secara relative, karena ada kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan atau diganti dengan hasil belajar yang baru, ada kemungkinan pula suatu hasil yang terlupakan.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang definisi belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar itu merupakan kegiatan yang berlangsung dalam suatu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku baik karena kematangan maupun latihan.




Penentu keberhasilan siswa bukan hanya guru
Secara garis besar faktor-faktor tersebut antara lain:
Faktor Internal
Biologis
• Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir; meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh.
• Kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain pola makan dan minum, olahraga teratur serta cukup istirahat/tidur.
Intelegensi
Faktor intelegensi besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Gardner, dalam teori Multiple Intellegence-nya menyatakan bahwa intelegensi memiliki 8 dimensi, yaitu:
• linguistik
• musik
• matematik logis
• visual spesial
• kinestetik fisik
• interpersonal
• intrapersonal
• naturalistic


Psikologis
Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil.
Minat, Motivasi, dan Bakat
• Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan.
• Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak sendiri ataupun dari luar. Motivasi inilah yang menurut saya yang paling dominan dalam menentukan siswa akan berhasil dalam belajar atau tidak. Peran guru, orang tua, dan lingkungan masyarakat sangat sangat signifikan dalam membangkitkan motivasi ini.
Faktor Eksternal
Lingkungan Keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang tenang dan damai, adanya motivasi dan perhatian orangtua terhadap perkembangan belajar anak-anaknya akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.
Lingkungan Sekolah
Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar siswa di sekolah meliputi pendekatan dan metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, pelajaran, tata tertib yang ditegakkan secara konsekwen dan konsisten, juga sarana dan prasarana yang tersedia.
Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan masyarakat yang berpendidikan dan bermoral baik sangat mendukung keberhasilan siswa dalam belajar.
2.1.2.Pengertian Matematika –
kata matamatika sudah tidak asing lagi bagi kita, matematika merupakan ratu dari ilmu pengetahuan dimana materi matematika di perlukan di semua jurusan yang di pelajarai oleh semua orang, disini saya memberikan sebuah pengertian matematika disertai fungsinya serta ruang lingkup pembelajarannya

Berhitung merupakan aktifitas sehari-hari tiada aktifitas tanpa menggunakan matematika, akan tetapi banyak yang tidak tahu apa pengertian matematika, apa istilah matematika dari berbagai negara, ruang lingkupnya dan masih banyak lagi.



James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Sementara Reys, dkk. (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ciri yang sangat penting dalam matematika adalah disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan kreatif.

b. Fungsi dan tujuan matematika .

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.

Tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk memiliki:
1. Kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
2. Kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi.

3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

c. Ruang lingkup.
Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada materi didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar kompetensi matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri, aljabar, trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus.

2.1.3Materi perkalian 1 sampai 10










Sering kali orang tua murid atau guru yang mengajar anak SD merasa kebingungan saat harus memberikan materi perkalian dasar kepada murid muridnya. Walhasil berbagai metode pun dilaksanakan seperti metode hafalan di mana murid disuruh menghafal perkalian mulai dari 1 kali 1 sampai 10 kali 10. Ada juga metode penghitungan manual yaitu dengan cara menghitung perkalian, contohnya 4x3, maka akan dihitung dengan cara menambahkan bilangan 4 sebanyak 3 kali, 4+4+4=12 Cara seperti itu cenderung agak lama dikuasai oleh siswa.
Saya pun teringat akan masa SD saya saat kelas 2 dan masuk materi perkalian dasar, Dan menurut saya metode yang diberikan Guru saya pada saat itu sangat manjur, walaupun metode ini sudah tidak asing lagi namun menurut saya metode ini harus diberikan kepada murid SD agar menguasai materi perkalian dasar antara bilangan 1 sampai 10.
Metode itu disebut metode TABEL seperti table di atas, metode ini sangat mudah dan efisien sekali bagi siswa, pertama buat table seperti di atas.Atau siswa disuruh membuat table yang sama persis dengan di atas. Lalu pelajaran pun dimulai dengan catatan semua siswa harus sudah mencatat atau table ini, proses berikutnya yaitu proses penjelasan. Seumpama Guru memberikan soal, 4x5, lalu murid pun dituntun, silahkan melihat angka 4 pada baris vertical lalu melihat angka 5 pada baris horizontal, finishing atau jawabannya ialah angka yang manjadi titik potong atau yang terletak pada lurusnya 4 dan lurusnya 5 ke bawah yaitu angka 20. Begitu juga dengan contoh soal 8x5, atau 8x7 dan seterusnya. Tinggal meluruskan atau mencari titik potong di table antara dua bilangan yang dikalikan.Mudah bukan?Untuk table bias dikreasi sekreatif mungkin, seperti menebalkan bil. Kuadrat atau memberi warna pada angka angka tertentu agar table lebih menarik.
Metode ini memang hampir sama dengan metode hafalan, namun kelebihan dari metode ini siswa jadi mengetahui prosesnya, intinya pada usia SD seperti ini hafalan masih sangat diperlukan sebagai basic atau dasar dalam pengembangan contoh soal yang senakin variatif ke depannya. Intinya untuk perkalian bilangan 1 kali 10 hafalan masih menjadi satu satunya cara yang paling efektif. Agar nantinya mempermudah saat dihadapkan pada bentuk perkalian yang lebih rumit, contohnya 14 kali 10, dengan menguasai basicnya dari metode table dan penyelesaian dengan cara bersusun maka siswa akan mampu menyelesaikan soal tersebut.
2.1.4.Alat Peraga
Belajar Matematika menggunakan Media alat peraga
Belajar matematika selalu dipandang sebagai momok dalam suatu pembelajaran. Itu dikarenakan dalam suatu pembelajaran matematika selalu berkecimpung pada sesuatu yang abstrak. Oke…! Sekarang kita lanjut pada pembahasannya. Apa itu alat peraga? Disini akan dibahas satu persatu secara detail.
1. Alat peraga
a. Pengertian alat peraga
Menurut Estiningsih (1994) alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan cirri-ciri dari konsep yang dipelajari.
b. Fungsi alat peraga
Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya konsep tersebut. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi obyek/alat peraga maka siswa mempunyai pengalaman-pengalaman dalam kehidupan sehari-hari tentang ati dari suatu konsep.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar